Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Petani-petani yang memanen rumahnya sudah meninggalkan bajak dan kerbau sejak beberapa senjakala. Tanaman minimalis dengan dua lantai dan berpagar besi itu subur bertumbuh di lahan satu hektar. Petani-petani bisa diunduh melalui aplikasi, yang penting sanggup membayar sekolah sampai kuliah. Sebab sekolah itu penting. Sepenting beli kuota internet, serta biji biji plastik yang padat. Jika menjadi petani, jadilah petani berdasi,makan buah-buahan, dan memanen padi darisupermarket. Puisi ini untuk 50 tahun lagisaat penyair dan petani hiduprukun di itu awan dan rombongan hujansedang bertikai, soal sawah manayang akan menerima air hujan. MALANG, 18 NOVEMBER 2019 Lihat Puisi Selengkapnyaderinghanpfon di telinganya meledak. saat di bacanya daun saledri dari sawah . Kami tak ingin mengatakan, jika ini Durjana. walau badai api di jantung sudah menyala. Petani-petani masih memendam amarah . Telenovela nyanyian pecundang . ia tembus matahari dan merobeknya di. langit ke tujuh. Malaikat-Malaikat diam. tertunduk! 2017-2018
Wednesday, May 13, 2015 Puisi Berkaca Pada Embun Di Pematang Sawah. Sawah adalah tanah yang digarap dan dan dialiri dengan air untuk menanam padi. dan untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air dikarenakan padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. dan untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai ataupun air hujan. Berkaca pada embun di pematang sawah. judul puisi dikesempatan ini, Bagaimana puisinya untuk lebih jelasnya silahkan disiak saja puisinya berikut ini. Puisi Berkaca Pada Embun Di Pematang Sawah Oleh Penyair Kecil Rerimbunan embun yang mengakar di rerumputan Taburkan bening pada mata berkaca Masih sendiri duduk anggun disiram hangat sajak-sajak surya Dan semua telah tersimpan lalu memudar tanpabicara Tengok pengembala mengiring kawanan domba Dengan seikat sarung disampirkan pada lengannya Kawanan domba berjalan lalu sesekali terhenti Menikmati rerumputan hijau tak gersang di pagihari Daun-daun di atas bukit mulai bergoyang ramai Nyanyian-nyanyian alam hentakkan seluruh penjurunegeri Siul-siul pengembala ramaikan angin di atas bukit ini Nyanyian petani mulai berduyun ramaikan negeri Sungguh kemilau berkaca pada rerimbunan embun di pematang sawah Dari bukit di atas desa yang ramah Akan peristiwa langlah tak dapat terlihat Olehmu, olehnya yang masih duduk dengan kehangatan surya di bawah langit kota Jakarta 13 Mei 2015 Demikianlah puisi Berkaca Pada Embun Di Pematang Sawah. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label puisi alam. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.
Nah berikut ini 7 rekomendasi buku kumpulan puisi untuk menemanimu selama di rumah aja. 1. Nyanyian Akar Rumput - Wiji Thukul. Nyanyian Akar Rumput merupakan kumpulan lengkap puisi yang ditulis oleh aktivis Wiji Thukul. Puisi-puisinya kebanyakan bertema kehidupan rakyat, kemiskinan, dan penderitaan, sesuai dengan situasi pada masa itu.
Puisi Nyanyian Seorang Petani Muda Karya Budiman S. Hartoyo Nyanyian Seorang Petani Muda Aku sekarang duduk di pematang memandang jauh hari depan mengambang di awan Aku sekarang termenung di rumputan menatap hijau padang, burung dan ilalang Hari sudah tinggi dalam tikaman terik matahari hari sudah larut dalam kerja sehari-hari Anak-anak gembala menyanyikan lagu derita desanya lembu dan kerbau bekerja dan makan seenaknya Aku sekarang di sini menanti kiriman makan siang dari pacarku yang sederhana, pelan berlenggang di pematang Aku sekarang terlena di sini menanti hujan tercurah dari langit Tuhan yang katanya maha pemurah Hari pun kian larut buat bersenda dan berpacaran hari sudah terlambat buat mengeluhkan nasib tanaman Terlalu letih aku memikirkan kemakmuran sedang tanaman di sawah ladang belum kunjung bermatangan Aku sekarang di sini berpikir tentang perkawinan Dan bila kawin nanti bulan depan aku khawatirkan nasib ternakku sayang sebab pastilah ia bakal dijual buat ongkos peralatan Hari makin senja, senja makin malam burung-burung pulang ke sarang gembala menggiring ternak ke kandang Beriringan mereka pulang beriringan keluh warga desa, harga kerja tak seimbang Aku sekarang di sini berbicara dengan alam yang sabar dan ramah dibelai angin lembah yang rawan Tak kutahu adakah ia tahu tetesan keringat dan nasib tersia kerabat desaku 1962Sumber Sebelum Tidur 1977Puisi Nyanyian Seorang Petani MudaKarya Budiman S. HartoyoBiodata Budiman S. HartoyoBudiman S. Hartoyo lahir pada tanggal 5 Desember 1938 di S. Hartoyo meninggal dunia pada tanggal 11 Maret S. Hartoyo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.